Pasangan saya adalah seorang sarjana ekonomi
Saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bermanja-manja padanya.
Ini  adalah masa tiga tahun, harus saya akui , bahwa saya  merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan kemungkinan terbesar adalah karena kita long distance.
Terbentur dengan seorang adalah saya wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat  romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.
Saya sering menangis, ingin rasanya saya teriak, “jarak,jarak,jarak” sampai kata itu tidak ada artinya. 
Entah tapi kini dia jarang sekali bilang sayang,kangen, dll.  Kadang telepon dan sms sekedarnya saja.
Itu membuat saya selalu kepikiran apa sudah ada wanita lain yang menggantikan saya disana?  
Oh jangan …
Membuat saya bertanya-tanya, apakah dia tidak menginginkan saya lagi? 
Oh sedihnya…
Sampai suatu malam lewat telepon, kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah kami jalin  dengan alasan.
“lelah dan tidak bisa memberikan cinta yang diinginkan”
Sejujurnya semua ini karena saya tidak tahu bagaimana caranya mengontrol diri saya yang dilanda kerinduan yang sangat menyiksa. Sebenarnya sebelum malam itu, bahkan setelah malam itu pun rencana saya untuk memberinya surprise dihari ulang tahunnya dengan kedatangan diam-diam saya mengunjunginya kesana. Sedikitpun tidak mempengaruhi rencana saya dengan membohongi hati bahwa saya ingin melakukan hanya karena dia bukan orang lain lagi buat saya.
Esoknya, saya menemukan satu pesan di jejaring social “facebook” saya.
Lewat pesan dia memberitahukan saya bahwa dia sangat mencintai saya, saya memang tahu dia termasuk tipe yang agak sulit mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Dia beranggapan saya salah karena menurutnya keinginannya untuk hidup bersama saya lebih besar dari yang saya inginkan. Hanya saja aku yang tidak sadar, dan tidak pernah mencari tahu.
Mungkin dia lupa, kalau kita ini long distance, bagaimana bisa saya tahu bahwa dia mencintai saya kalau tidak lewat tulisan atau berbicara? 
Kemudian siangnya saya mendapati status “facebook”nya bertuliskan :
“Siapa yang menemanimu sejauh dan seberat itu ?
Siapa yang tidak peduli diinjak-injak mereka saat bersamama
Siapa yang menggantikan sebelah kakimu saat kamu tidak mampu untuk melangkah
ITU AKU…! “
Ternyata kekuatan malam itu benar-benar dahsyat. Semenjak itu, saya merasa ada perubahan dalam pola berpikir saya. Saya menyesali pernah mengeluarkan kalimat buruk itu. Itu juga mungkin yang dia rasakan.
Saya baru saja tahu, ternyata untaian kalimat yang dituliskan seseorang yang saya sangat mencintainya membuat saya tidak bisa memejamkan mata, terus teringat kenangan yang pernah kita lalui bersama.
Sambil menangis terbahak-bahak dan sesekali tertawa terisak-isak..hehehe
Sekilas…
Ketika sedang bersama…
Saya sering kali menyuruhnya untuk menatap saya tanpa mengedipkan matanya hanya agar saya bisa merapikan dandanan saya dengan bercermin di bola matanya .
(pasti matanya menjadi merah dan terasa perih)
Saya selalu bertingkah waktu teman baikku (baca: haid, menstruasi) datang. Tanpa mengeluh, dia berjalan ke toko yang masih buka, hanya untuk membelikan saya sepads pembalut, dan obat nyeri haid, dan sedikit cemilan dan es krim tentunya agar mengobati jenuh saya menunggunya.
(pasti dia merasa malu beli kebutuhan khas wanita)
Saya biasanya bepergian atau keluar sebentar dan saya harus membangunkannya. Tanpa banyak bicara, dia bergegasmengantarkan saya sampai tujuan dan kembali lagi menjemput saya setelah saya selesai.
(pasti tidak enak sekali rasanya menahan rasa ngntuk) 
Ketika jarak jauh pun…
Saya terkadang melanggar sesuatu yang tidak dia sukai. Dan dia menelpon saya, merendahkan naderasa  suaranya agar saya tidak merasa dikekang, dan mengerti itu untuk kebaikan saya.
(saya mungkin tidak mampu sepertinya jika berada diposisi yang sama)
Saya punya hobi seperti radio, saya hanya mau didengarkan dengan respon menyenangkan yang dia berikan kepada saya, dia meninggalkan sejenak sesuatu yang sedang dia kerjakan hanya untuk mendengarkan cerita tentang hariku yang jauh sekali dari kata “penting” dengan sedikit bergumam seolah memberitahukan kalau dia masih setia mendengarkan saya sampai saya merasa ngantuk sambil memberikan solusi .
(saya mungkin tidak mampu sepertinya jika berada diposisi yang sama)
Saya bukan wanita yang hemat, sifat boros saya terkadang mempersulit saya di akhir bulan atau ketika saya benar-benar ada keperluan. Dengan ungkapan iba dan sedikit menasehati, esok pagi-pagi sekali saldo rekening ATM saya sudah terisi walaupun belum semua kebutuhan saya, dia penuhi, tapi setidaknya dia membuat saya merasa tidak kekurangan. 
(saya mungkin tidak mampu sepertinya jika berada diposisi yang sama)
Dengan tidak mudah akhirnya, saya bisa bertemu dia juga,di kota panas. Menghabiskan 8 hari waktu kami untuk berdua,tepat juga merayakan hari ulang tahun dia, walaupun tidak terwujud sedetail yang 
saya rencanakan, setidaknya saya bersyukur, ini sedikit membuat keadaan membaik, saya siap untuk menjalani long distance kembali.
Kesimpulan:
Cinta tak akan datang jika kita terus mencari orang yang sempurna. Tapi disaat kita mau menerima kekurangan yang ada di dalam diri  orang yang kita cintai disaat itulah kita menemukannya.
Love long distance relationship hanya semacam kesempatan pembuktian, kalau kita benar-benar yang terbaik buat pasangan kita apapun keadaannya.
Itulah cinta, disaat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adaalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, bukan mengharapkan wujud tertentu.
