Laman

Wieliebe black

Monday, January 10, 2011

The Power of Heart

Pengalaman banyak orang, Membuat saya takut menjalani hubungan long distance tapi bagaimana dengan keadaan? Keharusan?.

Akhirnya aku terus mengucapkan “don't be afraid, wie !” dan pastinya terus positive thinking agar siap menghadapinya dan kalahkan rasa takut itu !

Kalahkan rasa takut, berarti tak ada rasa takut

Berasa mengejutkan, saya kemarin masih jalan sama dia.

Nah sekarang saya sudah mengantarnya ke Bandara soekarno-hatta, jakarta,ID

Tapi, setelah saya pikir-pikir , ini bukan kejutan , karena pastinya saya sudah merasakan hal ini akan terjadi , diawal pembuatan skripsinya , aku tahu dia akan melanjutkan di tempat lain, semuanya pasti akan berubah, berasa mengejutkan karena saya melaluinya dengan setengah tidur.hmm...

Saya tidak akan ragu karena love long distance relationship ini kesempatan pembuktian diri , jika aku berpikir terlalu lama saya tidak akan bergerak , saya akan terus pelajari pilihan ini, dengan membuat pilihan dan keputusan tanpa keraguan kalau saya mampu menjalaninya.

Berhenti menimbang-nimbang keputusan yang akan aku ambil , jangan kwatir lagi, besok semuanya akan berjalan dengan sendirinya, percayalah dan yakinilah pada diri, saya bisa !!

Aku ikuti jalan komitmenku ini...

InsyaAllah. .

Beginilah, hati saya terus menguatkan saya, ketika waktu itu tepatnya tanggal 01 April 2009, saya memulai love long distance season 1 saya. Kalian mungkin bisa belajar memulainya dengan cara yang sama, tanpa harus memutuskan jalinan kalian, kalau kalian sungguh mencintai pasangan anda.

Terima kasih..

Friday, January 7, 2011

Dilema: Ketidaksempurnaan


long distance love menimbulkan banyak dilema bagi mereka yang menjalaninya. Mereka itu salah satunya adalah saya.

Kadang bisa membuat saya bersyukur , Hidup terlalu berdekatan dengan pasangan pun bisa jadi hal yang menyulitkan untuk masing-masing bisa bertumbuh secara pribadi maupun profesional. Dengan begitu saya bisa sudah bisa menikmati kebebasan saya.

Tapi seringkali rasanya hidup terpisah tetap sulit, tanpa saya melihat kenyataan bahwa sebenarnya ada baiknya juga, karena dapat memberikan ruang kita secara pribadi untuk bertumbuh tapi tetap berada dalam sebuah hubungan. Seiring waktu berjalan, kita akan saling mempelajari sikap dan sifat pasangan, hingga pada akhirnya jika memutuskan untuk hidup bersama, hal ini bukan lagi menjadi sebuah “pengorbanan” namun sebuah kompromi.

Betul tidak.?

Masalahnya adalah tapi kok ?! sampai saya masih saja bisa lelah sendiri disiksa kecurigaan dan kecemburuan karena tak bisa selalu mengawasi pasangan saya. Bodohnya perasaan curiga atau gelisah, tidak langsung saya ungkapkan kepada pasangan saya, biasanya saya pendam sendiri dan sampai bertumpuk-tumpuk di kepala saya hingga berkembang menjadi masalah.

Ini tidak dibenarkan !

Jangan ditiru !


Keadaan emosi sudah mulai tidak mampu dikontrol. Kesal sedikit bisa jadi masalah, karena masalah kemarin,kemarinnya lagi ikutan nimbrung. Aku emosi, pasangan saya juga. Emosi pada hubungan jarak jauh lebih mudah meledak.

Padahal seharusnya Saya dan pasangan bisa menghargai saat-saat ketika kita bisa berbagi.

Setuju?.

Saya maupun pasangan saya, bahkan semua orang yang menjalani Long distance love mengiyakan bahwa pertemuan dan komunikasi yang cukup sulit seperti ini diisi dengan hal-hal yang menyenangkan supaya hubungan lebih mesra. Selalu diakhiri pembicaraan dengan kata-kata yang manis.

Aku berharap . . .